Tampilkan postingan dengan label berjuang di jalan allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berjuang di jalan allah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, September 23, 2017

Pertolongan Dari ALLAH

Dalam komunitas masyarakat yang ingkar kepada Allah swt., mereka membangun sifat-sifat mereka menurut kekuatan atau status yang mereka miliki. Agar seseorang memiliki rasa percaya diri, ia harus kaya atau terkenal, atau cantik, tampan. Menjadi anak dari orang yang “dihormati” juga menjadi alasan penting agar mendapat rasa percaya diri pada masyarakat yang benar-benar ingkar.
Pertolongan Dari ALLAH

Akan tetapi, berbeda dengan orang yang beriman. Ini dikarenakan orang-orang beriman berlomba-lomba untuk tidak mendapatkan simpati siapa pun kecuali Allah, tidak terpengaruh oleh kriteria-kriteria duniawi yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat.

Allah selalu menolong orang-orang beriman. Dia tidak pernah mengecewakan mereka dalam menghadapi perlawanan orang-orang yang ingkar, “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang...,” (al-Mujaadilah: 21) sehingga para utusan dan para pengikut mereka akan mendapatkan kejayaan dengan dukungan yang besar ini. Allah menjamin, “Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.” (al-Anfaal: 62)

Jangan lupa bahwa hanya Allahlah yang memperkuat dan memperbaiki orang-orang beriman serta mampu membuat mereka berjaya. Tidak hanya cukup dengan bertumpu pada kekuatan fisik beserta pengaruhnya. Semua itu tidak akan menghasilkan sesuatu kecuali dengan berdo’a memohon kepada-Nya. Do’a yang diucapkan lebih besar manfaatnya. Sebagai balasannya, Allah mengabulkan keinginan yang dimaksud. Itulah sebabnya mengapa orang beriman harus bersandar pada pertolongan Allah.

Hasilnya, mereka menjadi sedemikian berani dan percaya diri ketika menghadapi dunia. Mereka menjadi sedemikian kuat untuk dipengaruhi oleh tindakan atau pikiran negatif. Musa a.s., yang tidak kehilangan akal ketika penganutnya melampaui batas, berkata, “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)

Musa a.s. percaya diri dan tidak takut karena ia yakin bahwa Allah dan pertolongan-Nya selalu bersama dengan orang-orang beriman. Allah kemudian berfirman kepadanya, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).” (Thaahaa: 68)
Sikap Musa a.s. harus menjadi contoh bagi orang-orang beriman. Ini karena Allah telah menjanjikan perlindungan dan dukungan tidak hanya kepada Musa a.s. serta para rasul, tetapi juga kepada setiap orang yang memerangi kemungkaran dan membawa mereka kepada kejayaan. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur`an, “... Allah sekali-sekali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (an-Nisaa`: 141)

Orang beriman bertanggung jawab mempertahankan ketaatan mereka kepada Allah dan menjadi hamba-hamba-Nya yang taat. Ketika hal ini terjadi, mereka tidak akan merasa takut.

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-Maa`idah: 105)

Orang-orang kafir tidak dapat mencelakakan orang-orang yang beriman. Semua rencana dan makar melawan orang-orang beriman akan tidak berguna. Pada ayat berikut, hal ini dijelaskan.

“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allahlah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (Ibrahim: 46)

Ketika orang-orang kafir berencana melawan orang-orang beriman, Allah akan “... menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (al-A’raaf: 182) Mereka yakin bahwa mereka lebih tangguh dari orang-orang beriman dan dapat dengan mudah mengalahkan mereka. Akan tetapi, Allah swt. akan selalu bersama orang-orang beriman; dan kekuatan, kemuliaan, serta kebesaran-Nya menjelma pada diri mereka. Al-Qur`an menjelaskan kebenaran ini, yang tidak dapat dipahami orang-orang munafik.

“Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar), ‘Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).’ Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya, jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah darinya.’ Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.’” (al-Munaafiquun: 7-8)

Ini merupakan perintah yang tidak dapat diubah. Orang-orang beriman menurut ayat, “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu,” (an-Nisaa`: 71) harus selalu berhati-hati dan waspada terhadap orang-orang kafir, namun merasa tenang dengan perintah Allah yang tersebut di atas.
Allah menjelaskan perintah yang sama dalam ayat yang lain,

“Sesungguhnya, orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 32)



Kamis, September 14, 2017

Tetaplah Berjuang Di Jalan ALLAH Jangan Putus Asa

Orang-orang beriman memiliki perjuangan berat dan panjang di jalan Allah.
Jalan hidup mereka sering diserang musuh yang jumlahnya sangat banyak dan dengan
peralatan yang lebih baik. Akan tetapi, sepanjang mereka berada di jalan Allah,
Mereka dapat mengatasinya.
Tetaplah Berjuang Di Jalan ALLAH Jangan Putus Asa

Salah satu alasan bagi kemenangan mereka, sebagai orang beriman,
Mereka melakukan perjuangan dengan semangat dan kegembiraan yang besar.
Inilah yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang ingkar karena mereka telah
mencintai kehidupan dunia, mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka
takut dan lemah serta mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya,
Orang-orang beriman tidak mudah dilemahkan karena mereka tahu bahwa Allah selalu
bersama mereka dan mereka berharap menjadi orang yang berhasil.
Hal ini diterangkan dalam Al-Qur`an,

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

Walaupun demikian, orang-orang beriman membutuhkan ibadah untuk mendapatkan
semangat dan kegembiraan ini, karena sangatlah mudah tergelincir dari jalan Allah.
Inilah yang diperjuangkan iblis. Pada saat-saat genting, seorang munafik berkata
kepada para Sahabat Rasulullah saw. “Hai penduduk Yatsrib (Madinah),
Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu,” (al-Ahzab: 13) lalu ia menciptakan
keputusasaan serta menimbulkan perasaan kalah. Akan tetapi, orang-orang beriman telah diperingatkan dalam Al-Qur`an mengenai semua faktor keraguan ini,
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan
sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (ar-Ruum: 60)

Orang yang beriman hanya bertanggung jawab kepada dirinya dan Allah serta
tidak seharusnya terpengaruh oleh kelemahan yang lain. Kekuatan
musuh pun tidak dapat memengaruhi dan membuatnya takut. Seluruh hidup
orang beriman hanyalah untuk Allah. Mereka akan terus beribadah demi
keridhaan-Nya sampai akhir hayat. Pada sebuah ayat dijelaskan,

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 139)

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu).
Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita
kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari
Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (an-Nisaa`: 104)


Kamis, Maret 19, 2009

HIDUP DI DUNIA HANYALAH SEMENTARA Dan Jangan Di sia-siakan

Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.

HIDUP DI DUNIA HANYALAH SEMENTARA Dan Jangan Di sia-siakan


Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadiid: 20)

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 14-15)

Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai konotasi “tempat yang sempit, gaduh dan kotor”. Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.

“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.’ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (al-Mu’minuun: 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat”. Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (al-Baqarah: 86)

Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus: 7-8)

Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (an-Naazi’aat: 37-39)