Jumat, Oktober 27, 2017

Kisah Sebenarnya Syaikh Siti Jenar Lengkap

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Abrit(tanah merah).
Kisah Sebenarnya Syaikh Siti Jenar Lengkap

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH ADALAH :

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.


Senin, Oktober 23, 2017

Kisah Burung Ababil

Alkisah Ka'bah sebagai kiblat umat muslim pernah dihancurkan oleh pasukan gajah Abrahah yang dikomandoi oleh gajah raksasa yang bernama Mahmud diserang ribuan burung ababil yang membawa batu-batu panas dari arah laut.

Setiap satu burung, yang diketahui dalam Al-Qur'an  pada surah Al-Fiil, bernama burung ababil membawa 3 buah batu kecil yang diselipkan di paruh dan dua  kakinya untuk dilemparkan kepada pasukan Abrahah. Melihat serangan mendadak dari burung itu, Abrahah dan pasukannya  kocar-kacir berhamburan tak jelas arahnya. Dalam sekejap Abrahah dan pasukannya tewas dan tak meninggalkan jejak sedikitpun.
Kisah Burung Ababil

Nah maka dari itu supaya adik-adik mudah untuk mengingat cerita tersebut,
maka diciptakanlah lagu sebagai berikut,
Baca Juga : Sejarah Ka'bah Dari Masa Ke Masa


Aku mau cerita kisah burung ababil 
Wahai kawan dengarlah, beginilah kisahnya
Ada pasukan gajah pimpinan gajah abrahah 
Asalnya dari Makkah
Ingin menghancurkan Ka'bah

Datang burung ababil  dengan berbondong-bondong
Pasukan burung laut diutus oleh Allah
Membawa batu-batu asal dari neraka
Panas panas panaslah rasanya

Batunya ada 3, satu ada di paruh
Dua ada di kaki yang kanan dan yang kiri
Burung mulai beraksi batunya dijatuhkan
Hancur-hancur pasukan abrahah

Selamatlah ka'bahnya dari raja abrahah
Itulah pertolongan Allah yang maha gagah
Umat Islam sedunia pergi ketanah Suci
Lihat Ka'bah tuk tunaikan ibadah (2x)


Nah, Singkat ceritanya dan kurang lebihnya seperti itu yah. Semoga bermanfaat

Baca Juga : Manfaat Siwak Bagi Kesehatan Menurut Para Ulama Dahulu


Sejarah peradaban Islam Beserta pengertiannya

Sejarah peradaban Islam Beserta pengertiannya





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
                        Dalam sejarah kebudayaan umat manusia proses tukar-menukar dan interaksi (intermingling) atau pinjam meminjam konsep antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain memang senantiasa terjadi, seperti yang terjadi antara kebudayaan Barat dan peradaban Islam. Dalam proses ini selalu terdapat sikap resistensi dan akseptansi. Namun dalam kondisi dimana suatu kebudayaan itu lebih kuat dibanding yang lain yang tejadi adalah dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibn Khaldun, "masyarakat yang ditaklukkan, cenderung meniru budayapenakluknya". Islam menyajikan sistem tolong menolong antarumat dalam lapangan politik, perekonomian, kehidupan sosial, bahkan sistem perdamaian. Islamlah yang mencetuskan sistem perjanjian, konsulat, suaka politik, dan dakwah. Kerja sama dan kontak ekonomi dibolehkan dengan pihak lain, seperti Yahudi,persiadanyunani.
                        Ketika Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena Peradaban Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.[1]
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di peroleh rumusan masalah sebagai berikut:
a.    Apa itu pengertian sejarah?
b.    Apa saja metode dalam sejarah?
c.    Apa saja ilmu dasar dalam sejarah?
d.    Apa saja ilmu bantu sejarah?
e.    Apa manfaat dan urgensi mempelajari SPI?



C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas dapat di peroleh tujuannya adalah sebagai berikut:
a.    Mengetahui pengertian sejarah
b.    Mengetahui metode dalam sejarah
c.    Mengetahui ilmu-ilmu dasar dalam sejarah
d.    Mengetahui ilmi-ilmu bantu dalam sejarah
e.    Dan mengetahui manfaat serta urgensi dalam PSI




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Sejarah Peradaban Islam.
                        Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” artinya pohon. Dalam dunia barat disebut Histoire (perancis), Historie  (Belanda),  History (Inggris).[2] Berasal dari bahasa Yunani Istoria yang artinya ilmu. Dalam pengertian lain, sejarah adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (event in the past).[3] Dalam pengertian lebih seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.

                        Menurut Sidi Gazalba, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makluk social, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertiandan kepahaman tentang apa yang telah berlalu.[4] Sedangkan Menurut Ibn Khaldum, sejarah ialah menunjuk kepada peristiwa-peristiwa istimewa atau penting pada waktu atau ras tertentu.[5]

                        Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan “peradaban”. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi dan moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
1.    Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.
2.    Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.    Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.[6]
                        Menurut H.A.R. Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama, Ia adalah peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam
Sedangkan landasan dari pembahasan ini yakni “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT.

B.     Metode Sejarah
                        Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekontruksi yang imaginative dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh prose situ disebut historiografi (penulisan Sejarah).[7]
1.    Metode Penggalian sejarah.
a.    Metode lisan (interview) , yaitu dalam pelacakan suatu obyek sejarah dilakukan dengan interview.
b.     Metode Observasi, dalam metode ini obyek sejarah diamati langsung. Jadi metode observasi merupakan metode pengumpulan data, yakni penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian yang dapat langsung ditangkap.[8]
c.    Metode Dokumenter, metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
2.  Metode Penulisan Sejarah.
                        Adapun dalam penulisan sejarah, metode yang dapat digunakan adalah metode
a.    Metode Deskriptif, dengan metode ini digunakan untuk menggambarkan adanya peradaban Islam  tersebut, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya dengan tujuan untuk memahami yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b.    Metode Komparatif, metode ini merupakan metode yang berusaha membandingankan sebuah perkembangan peradaban Islam dengan peradaban Islam lainya. Dalam metode ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu.
c.    Metode Analisis Sintesis, metode ini melihat sosok peradaban Islam lebih kritis, ada analisis bahasan yang lebih luas serta kesimpulan yang spesifik.

C.      Ilmu Dasar Sejarah
                        Untuk memperoleh data yang akurat terkait sejarah dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang akan memperkuat keberadaan sejarah tersebut. Adapun ilmu tersebut terbagi menjadi : Ilmu-ilmu dasar sejarah (auxillary disciplines) dan Ilmu-ilmu Bantu sejarah (auxillary sciences). Adapun ilmu Bantu sejarah meliputi :
1. paleografi.
                        Adalah pengetahuan mengenai tulisan-tulisan kuno. Melalui paleografi ini dapat diketahui beberapa hal yaitu :
a.    Bentuk tulisan misal tulisan Arab seperti : tumar, nasakhi, tsulus, farisi, magribi, ghubar, diwani dll.
b.    Cara membaca tulisan kuno seperti tulisan mesir pada piramida, tulisan arab sebelum Islam, tulisan Ibrani, tulisan jawa dengan bahasa sansekerta dll.
c.    Kapan dan dimana tulisan itu dibuat, sebab tulisan mengalami perubahan-perubahan, baik karena waktu maupun tempat yang berbeda.


2. Diplomatik
                        Diplomatik adalah suatu cabang pengetahuan yang menyelidiki tanggal, tempat serta keaslihan dokumen-dokumen tertulis.

3. Epigrafi
                        Epigrafi adalah cabang pengetahuan mengenai inskripsi atau tulisan yang terdapat dalam monument, baik mengenai teknik penulisan/pembuatan maupun isi teksnya.

4. Kronologis
                        Kronologis adalah cabang pengetahuan yang membahas tentang masalah kesatuan waktu, seperti kalender Julius (model lama) dan Gregorius (model baru) dalam kalender masehi, tahun hijriyah dalam Islam  (1H = 622 M), tahun saka (1 saka = 78 M). dll

5. Sigilografi
                        Sigilografi adalah pengetahuan mengenai segel yang dipergunakan oleh para raja, khalifah, gubernur, dll. Dengan mengetahui bentuk segel dan cara penggunaanya, maka akan diketahui apakah dokumen tersebut asli atau palsu.

6. Heraldry
                        Heraldry adalah pengetahuan tentang tanda-tanda atau symbol istimewa yang terdapat dalam stempel, baju besi, pakaian para pembesar, pada bendera dan pakaian tentara.

7. Numismatik
                        Numismatic adalah pengetahuan untuk mengadakan klasifikasi dan menguraikan secara deskriptif mengenai mata uang menurut negeri atau zamanya, termasuk didalamnya adalah medali.

8. Genealogi
                        Genealogi adalah pengetahuan tentang asal usul dan silsilah termasuk juga daftar para pembesar dan pegawai. Bangsa Arab sangat mementingkan silsilah ini, sehingga ada buku khusus untuk mencari silsilah.
D.   Ilmu Bantu Sejarah
                        Sejarah peradaban merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan peradaban pada waktu yang telah lampau. Didalam memahami sejarah peradaban tersebut dibutuhkan ilmu Bantu sejarah meliputi
1.    Geografi
                        Peristiwa sejarah memiliki lingkup ruang dan waktu, dalam konteks ruang dimensi geografi sangat penting. Bahkan dalam konteks perluasan wilayah kekuasaan dan penyebaran suatu agama tidak mungkin dapat dijelaskan dengan baik, jika tidak mengetahui geografinya.

2. Sosiologi.
                        Timbulnya dinamika kehidupan berawal dari interaksi seseorang yang terjadi dalam kehidupan antara individu maupun antara golongan. Proses mobilitas social hendaknya berorientasi pada kemaslahatan, baik dunia maupun akherat. Karena mobilitas social berpengaruh pada system peradaban Islam dan kebijakan peradaban Islam yang digunakan pada perkembangan peradaban Islam selanjutnya.

3. Antropologi.
                        Antropologi dan sejarah memiliki obyek kajian yang sama yaitu manusia. Metode dalam antropologi dapat membantu beberapa masalah yang dihadapi oleh sejarawan. Berkaitan dengan peradaban, maka ada sejarah peradaban dan ada pula antropologi budaya. Dalam melakukan kajian sejarah peradaban dapat menggunakan konsep antropologi budaya dalam berbagai aspek yaitu : norma, adat istiadat, tingkat peradaban, gaya hidup dan lain-lain.

4. Arkeologi
                        Arkeologi berbicara tentang warisan masa lampau yang berupa benda, bangunan, dan momentum yang berada dipermukaan tanah. Arkeologi memberikan bahan tentang kurun waktu yang tidak mewariskan bahan tertulis atau kurang tertulis. Dalam konteks ini arkeologi bersifat melengkapi, meskipun hanya bersifat melengkapi, bagi sejarah kebudayaan dan peradaban arkeologi sangat penting keberadaanya. Sebab arkeologi dapat mengungkapkan peradaban materiel masa lampau, seperti pembentukan kota, struktur perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, perhiasan, alat kerja, senjata bahkan pengetahuan tentang agama.

5. Ilmu Sejarah.
                        Sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia. Ilmu sejarah dipelajari untuk diambil dari sebuah sejarah, jika ada nilai positifnya dapat dikembangkan dalam kemodernan peradaban, tetapi jika sebaliknya hal yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dapat dijadikan sebagai pengetahuan.

E.    Manfaat dan Urgensi Mempelajari Sejarah Peradaban Islam
                        Sejarah mencatat kondisi kebesaran Islam berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana pada waktu dunia Islam menjadi kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Sejarah memiliki nilai dan arti penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Hal tersebut dikarenakan sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi perkembangan kehidupan manusia.
                        Dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh informasi tentang aktifitas peradaban Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali agama Islam. Selain itu dengan mempelajari sejarah peradaban Islam diharapkan seseorang dapat memiliki kemauan untuk melakukan pembangunan dan pengembangan peradaban Islam dan dapat pula menyelesaikan problematika peradaban Islam pada masa kini, serta dapat memunculkan sikap positif terhadap berbagai perubahan system peradaban Islam.[9]
            Adapun kegunaannya sebagai berikut:
a.    KegunaanEdukatif
                  Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau baik kesalahan sendirimaupunoranglain.
b.    KegunaanInspiratif
                  Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan nasional yang dipelopori oleh bedirinya organisasi perjuangan yang modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional ang ke2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekaranginisudahdirasakanhasilnya.[10]
c.    ManfaatRekreatif.
                  Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar, melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif.[11]














BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
                        Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makluk social, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertiandan kepahaman tentang apa yang telah berlalu.
                        Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Untuk memperoleh data yang akurat terkait sejarah dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang akan memperkuat keberadaan sejarah tersebut.
B.    Saran
                        Diharapkan kepada seluruh mahasiswa pada umumnya. Dan pada mahasiswa/i semester Dua PAI pada khususnya. Agar lebih belajar dengan giat tentang Sejarah Peradaban Islam supaya kita lebih mengenal bagaimana sebuah Peradaban tejadi yang pada makalah ini dititik beratkan pada Sejarah Peradaban Islam Sebagai Ilmu Pengetahuan.



                [1] http://ahmadsamantho.wordpress.com/10/10/2009/sejarah-peradaban-islam-berawal-dari-sains-dan-berakhir-dengan-politik/.
                [2] William H. Frederick dan Soeri Soeroto, 1982, Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum dan Sesudah Revolusi, Jakarta: LP3ES,hlm.23
                [3] Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press,hlm.27
                [4] Sidi gazalba, 1996, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bharat,hlm. 11
            [5] http://elvanarticle.blogspot.com/15/10/2009/sejarah-peradaban-islam.html
            [6] Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam.PT Logos Wacana Ilmu: Jakarta. Hal. 30
                [7] Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press,,hlm. 32
            [8] Bimo walgito,1980, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,Yogyakarta: fak.psikologi, UGM,.hlm.54
                [9] Harun Nasution,1975,Pembaharuandalam Islam; SejarahPemikirandanGerakan, BulanBintang: Jakarta, hlm. 11
                [10] http://hapbiker.wordpress.com/15/10/2009/manfaat-mempelajari-sejarah/
                [11] http://elvanarticle.blogspot.com/15/10/2009/sejarah-peradaban-islam.html

Kamis, Oktober 19, 2017

Sejarah Ka'bah Dari Masa Ke Masa

Awalnya, Mekkah hanyalah sebuah hamparan kosong. Sejauh mata memandang pasir bergumul di tengah terik menyengat. Aliran zamzamlah yang pertama kali mengubah wilayah gersang itu menjadi sebuah komunitas kecil tempat dimulainya peradaban baru dunia Islam.
Sejarah Ka'bah Dari Masa Ke Masa

Bangunan persegi bernama Ka~ez_rsquo~bah didaulat menjadi pusat dari kota itu sekaligus pusat ibadah seluruh umat Islam. Mengunjunginya adalah salah satu dari rukun Islam, Ibadah Haji.


Ka~ez_rsquo~bah masih tetap berdiri kokoh hingga saat ini dan diperkirakan masih terus berdiri hingga kiamat menjelang. Beberapa generasi pernah menjadi saksi berdirinya Ka~ez_rsquo~bah hingga berbagai kemelut menyelimutinya.

Adalah Ismail, putra Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, yang kaki mungilnya pertama kali menyentuh sumber mata air zamzam. Akibat penemuan mata air abadi ini, Siti Hajar dan Ismail yang kala itu ditinggal oleh Ibrahim ke Kanaan di tengah padang, tiba-tiba kedatangan banyak musafir. Beberapa memutuskan untuk tinggal, beberapa lagi beranjak.

 Ibrahim datang dan kemudian mendapatkan wahyu untuk mendirikan Ka~ez_rsquo~bah di kota kecil tersebut. Ka~ez_rsquo~bah sendiri berarti tempat dengan penghormatan dan prestise tertinggi.
Ka~ez_rsquo~bah yang didirikan Ibrahim terletak persis di tempat Ka~ez_rsquo~bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa banjir bandang pada zaman Nabi Nuh. Adam adalah Nabi yang pertama kali mendirikan Ka~ez_rsquo~bah.

Tercatat, 1500 SM adalah merupakan tahun pertama Ka~ez_rsquo~bah kembali didirikan. Berdua dengan putranya yang taat, Ismail, Ibrahim membangun Ka~ez_rsquo~bah dari bebatuan bukit Hira, Qubays, dan tempat-tempat lainnya.

Bangunan mereka semakin tinggi dari hari ke hari, dan kemudian selesai dengan panjang 30-31 hasta, lebarnya 20 hasta. Bangunan awal tanpa atap, hanyalah empat tembok persegi dengan dua pintu.

Celah di salah satu sisi bangunan diisi oleh batu hitam besar yang dikenal dengan nama Hajar Aswad. Batu ini tersimpan di bukit Qubays saat banjir besar melanda pada masa Nabi Nuh.

 Batu ini istimewa, sebab diberikan oleh Malaikat Jibril. Hingga saat ini, jutaan umat Muslim dunia mencium batu ini ketika berhaji, sebuah lelaku yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad.
Selesai dibangun, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyeru umat manusia berziarah ke Ka~ez_rsquo~bah yang didaulat sebagai Rumah Tuhan. Dari sinilah, awal mula haji, ibadah akbar umat Islam di seluruh dunia.

Karena tidak beratap dan bertembok rendah, sekitar dua meter, barang-barang berharga di dalamnya sering dicuri. Bangsa Quraisy yang memegang kendali atas Mekkah ribuan tahun setelah kematian Ibrahim berinisiatif untuk merenovasinya. Untuk melakukan hal ini, terlebih dahulu bangunan awal harus dirubuhkan.

Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy adalah orang yang pertama kali merobohkan Ka~ez_rsquo~bah untuk membangunnya menjadi bangunan yang baru.

Pada zaman Nabi Muhammad, renovasi juga pernah dilakukan pasca banjir besar melanda. Perselisihan muncul di antara keluarga-keluarga kaum Quraisy mengenai siapakah yang pantas memasukkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka~ez_rsquo~bah.

Rasulullah berperan besar dalam hal ini. Dalam sebuah kisah yang terkenal, Rasulullah meminta keempat suku untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama dengan menggunakan secarik kain. Ide ini berhasil menghindarkan perpecahan dan pertumpahan darah di kalangan bangsa Arab.

Renovasi terbesar dilakukan pada tahun 692. Sebelum renovasi, Ka~ez_rsquo~bah terletak di ruang sempit terbuka di tengah sebuah mesjid yang kini dikenal dengan Masjidil Haram. Pada akhir tahun 700-an, tiang kayu mesjid diganti dengan marmer dan sayap-sayap mesjid diperluas, ditambah dengan beberapa menara. Renovasi dirasa perlu, menyusul semakin berkembangnya Islam dan semakin banyaknya jemaah haji dari seluruh jazirah Arab dan sekitarnya.

Wajah Masjidil Haram modern dimulai saat renovasi tahun 1570 pada kepemimpinan Sultan Selim. Arsitektur tahun inilah yang kemudian dipertahankan oleh kerajaan Arab Saudi hingga saat ini.

Pada penyatuan Arab Saudi tahun 1932, negara ini didaulat menjadi Pelindung Tempat Suci dan Raja Abdul Aziz adalah raja pertama yang menyandang gelar Penjaga Dua Mesjid Suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Pada pemerintahannya, Masjidil Haram diperluas hingga dapat memuat kapasitas 48.000 jemaah, sementara Masjid Nabawi diperluas hingga dapat memuat 17.000 jemaah.

Pada pemerintahan Raja Fahd tahun 1982, kapasitas Masjidil Haram diperluas hingga memuat satu juta jemaah. Renovasi ketiga selesai pada tahun 2005 dengan tambahan beberapa menara. Pada renovasi ketiga ini, sebanyak 500 tiang marmer didirikan, 18 gerbang tambahan juga dibuat. Selain itu, berbagai perangkat modern, seperti pendingin udara, eskalator dan sistem drainase juga ditambahkan.

Saat ini, pada masa kepemimpinan Raja Abdullah bin Abdul-Aziz, renovasi keempat tengah dilakukan hingga tahun 2020. Rencananya, Masjidil Haram akan diperluas hingga 35 persen, dengan kapasitas luar mesjid dapat menampung 800.000 hingga 1.120.000 jemaah. Jika rampung, bagian dalam Masjidil Haram akan dapat menampung hingga dua juta jemaah.


  • Banjir Ka~ez_rsquo~bah


Bencana alam yang mungkin sering terjadi di wilayah Mekkah adalah banjir. Terbesar tentu saja pada masa banjir bandang Nabi Nuh. Kala itu seluruh bangunan Ka~ez_rsquo~bah runtuh. Banjir juga terjadi beberapa kali di masa Nabi Muhammad. Sepeninggalnya, pada masa Khalifah Umar bin Khattab, banjir merusak dinding-dinding Ka~ez_rsquo~bah.

Salah satu banjir yang sempat terdokumentasikan adalah banjir besar pada tahun 1941. Dalam gambar yang dipublikasikan secara luas, terlihat bagian dalam Masjidil Haram terendam banjir hingga hampir setengah tinggi Ka~ez_rsquo~bah.

Di beberapa tempat bahkan mencapai leher orang dewasa. Banjir-banjir inilah yang kemudian membuat beberapa tiang mesjid yang terbuat dari kayu menjadi lapuk dan rapuh. Kerajaan Saudi terpaksa harus melakukan perbaikan beberapa kali untuk mengatasi hal ini.

Banjir sering terjadi di Mekkah karena letak geografis kota tersebut yang diapit beberapa bukit. Hal ini menjadikan Mekkah berada di dataran rendah yang letaknya seperti mangkuk. Air hujan tidak dapat dapat mudah diserap oleh tanah, mengingat lahan Timur Tengah yang tandus. Alhasil banjir bisa berlangsung selama beberapa lama. Ditambah lagi, sistem drainase kala itu tidak sebaik sekarang.

Selain banjir, berbagai insiden pertumpahan darah tercatat pernah mewarnai sejarah Masjidil Haram. Mulai dari zaman sebelum Nabi Muhammad lahir hingga ke zaman modern di abad ke 20. Beberapa insiden tersebut diakhiri dengan kemenangan para penguasa Ka~ez_rsquo~bah.


  • Serangan Gajah


Serangan terhadap Ka~ez_rsquo~bah yang paling terkenal terjadi pada tahun 571 Masehi, tahun kelahiran Nabi Muhammad. Kala itu, sebanyak 60.000 pasukan gajah yang dipimpin oleh Gubernur Yaman, Abrahah, berencana menyerbu Mekkah dan menghancurkan Ka~ez_rsquo~bah.

Negara Yaman adalah salah satu negara Kristen besar kala itu. Sebuah gereja besar yang indah didirikan pada pemerintahan Raja Yaman, Habshah. Gereja tersebut bernama Qullais. Abrahah sebagai pembina gereja bersumpah akan memalingkan pemujaan warga Arab dari Ka~ez_rsquo~bah di Mekkah ke gerejanya di Yaman.

Alkisah, mendengar hal ini, seorang Arab dari qabilah Bani Faqim bin Addiy tersinggung kemudian masuk ke dalam gereja dan membuang hajat di dalamnya. Abrahah marah luar biasa dan bersumpah akan meruntuhkan Ka~ez_rsquo~bah. Berangkatlah dia beserta tentara terkuatnya, menunggang 60.000 ekor gajah.

Tidak ada satupun kekuatan kabilah Arab Saudi yang mampu menandingi kekuatan puluhan ribu tentara gajah tersebut. Berdasarkan komando dari kakek Muhammad, Abdul Mutalib, para penduduk Mekkah mengungsi ke puncak-puncak bukit di sekeliling Ka~ez_rsquo~bah. Berangkatlah rombongan tentara Abrahah menuju Ka~ez_rsquo~bah, hendak menghancurkan bangunan mulia tersebut.

Menurut kisah, laju tentara gajah terhenti akibat serangan dari ribuan burung Ababil. Burung-burung ini membawa tiga butir batu panas di kedua kakinya dan paruhnya. Dilepaskannya batu-batu tersebut di atas tentara gajah. Batu yang konon berasal dari neraka itu menembus daging para tentara dan gajah-gajah mereka. Sebuah tafsir mengatakan burung-burung itu membawa penyakit cacar yang menyebabkan para tentara Abrahah tewas akibat bisul yang sangat panas.

Inilah sebabnya, tahun penyerangan tentara Abrahah ke Mekkah dinamakan sebagai Tahun Gajah. Kisah ini juga tertulis jelas di surat Al Fiil di kitab suci Al-Quran. ~ez_ldquo~Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).~ez_rdquo~ (Al Fiil: 3-4).


  • Bentrok dengan Iran


Di zaman modern, insiden paling sering adalah bentrok aparat keamanan Arab Saudi dengan para demonstran asal Iran. Kehadiran para demonstran merupakan perintah dari pemerintah Iran agar para jemaah haji Iran menyampaikan protes terhadap kerajaan Saudi.

Kerusuhan terparah terjadi pada 31 Juli 1987 yang menewaskan 401 orang. Di antaranya adalah 275 warga Iran, 85 warga Arab Saudi, dan 42 jemaah haji asal negara lain. Sebanyak 643 orang terluka, kebanyakan adalah jemaah haji Iran.

Perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran sudah berlangsung relatif lama. Dimulai saat Muhammad bin Abdul Wahhab, ulama Salaf kenamaan Arab Saudi, memerintahkan penghancuran beberapa makam yang dikultuskan umat Islam di Hejaz, termasuk makam ulama Syiah Al-Baqi, pada tahun 1925.

Tindakan ini tidak ayal membuat marah pemerintahan dan rakyat Iran yang mayoritas Syiah. Kemelut pun dimulai, Iran menyerukan penggulingan pemerintahan di Arab Saudi dan melarang seluruh warga Iran pergi haji pada tahun 1927.

Ketegangan bertambah parah setelah pada tahun 1943, pemerintah Arab Saudi memenggal kepala seorang jemaah haji Iran karena membawa kotoran manusia di pakaiannya ke dalam Masjidil Haram di Mekkah.


  • Iran protes keras dan melarang warganya pergi haji hingga tahun 1948.


Sejak saat itu, demonstrasi jemaah haji Iran terus dilakukan di Mekkah. Ini berkat imbauan Ayatullah Khomeini pada tahun 1971 yang memerintahkan setiap jemaah haji Iran untuk berhaji sambil menyampaikan pandangan politik mereka terhadap pemerintah Arab Saudi. Para jemaah Iran menyebut demonstrasi ini dengan nama ~ez_ldquo~Menjaga Jarak dengan Para Musryikin.~ez_rdquo~

Pada tahun 1982, situasi kedua negara sempat tenang. Khomeini memerintahkan rakyatnya menjaga ketertiban dan perdamaian, tidak menyebarkan pamflet-pamflet propaganda, dan untuk tidak mengkritik pemerintahan Arab Saudi.

Sebagai balasannya, kerajaan Arab Saudi membebaskan jemaah haji Iran untuk kembali berhaji. Sebelumnya, Saudi membatasi jumlah jemaah haji asal Iran untuk menghindari konflik.

Ketegangan kembali terjadi pada Jumat, 31 Juli 1987. Para jemaah haji Iran melakukan pawai protes menentang para musuh Islam, yaitu Israel dan Amerika Serikat, di kota Mekkah. Ketika sampai di depan Masjidil Haram, mereka diblokir oleh aparat keamanan Arab Saudi, namun mereka tetap memaksa masuk.

Bentrokan berdarah kemudian terjadi yang mengakibatkan situasi kacau dengan beberapa orang terinjak-injak oleh massa yang panik.

Ada beberapa versi pemicu kematian ratusan orang pada insiden ini. Pemerintah Iran mengatakan, aparat keamanan Saudi melepaskan tembakan ke arah demonstran damai, sementara Arab Saudi mengatakan bahwa korban tewas akibat terjepit dan terinjak jemaah yang panik. Akibat hal ini, hubungan kedua negara kembali renggang dan pemerintah Arab Saudi kembali menerapkan pembatasan jemaah haji Iran.


  • Mahdi Palsu


Peristiwa berdarah lainnya terjadi pada 20 November 1979. Kala itu ratusan orang bersenjata menguasai Masjidil Haram dan menyandera puluhan ribu jemaah haji di dalamnya.

Penyanderaan dipimpin oleh Juhaimin Ibnu Muhammad Ibnu Saif al-Otaibi yang mengatakan saudara iparnya, Muhammad bin Abd Allah Al-Qahtani, adalah Imam Mahdi atau sang penyelamat akhir zaman.

Dilaporkan sebanyak 400-500 militan Otaibi, termasuk di dalamnya wanita dan anak-anak, mengeluarkan senjata yang mereka sembunyikan di balik baju dan merantai gerbang Masjidil Haram. Mereka memerintahkan para jemaah untuk tunduk kepada Mahdi palsu, Al-Qahtani. Penyanderaan berlangsung selama dua minggu, sebelum akhirnya para militan diberantas oleh pasukan bersenjata gabungan antara Arab Saudi dengan beberapa negara.

Pasukan Arab Saudi sempat dipukul mundur karena hebatnya persenjataan para militan. Seluruh warga Mekkah dievakuasi ke beberapa daerah.

Pasukan kerajaan siap melakukan gempuran mematikan. Namun, mereka harus meminta izin dari ulama besar Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, yang telah melarang segala jenis kekerasan di Masjidil Haram. Akhirnya dia mengeluarkan fatwa penyerangan mematikan untuk mengambil alih Ka~ez_rsquo~bah.

Dilaporkan 255 jemaat haji dan militan Otaibi tewas dalam penyerangan tersebut, sebanyak 560 orang terluka. Dari sisi tentara Arab Saudi, sebanyak 127 tewas dan 451 terluka.

Berbagai cerita berbeda mengisahkan saat-saat penyerangan oleh tentara gabungan Arab Saudi, Pakistan dan Perancis.

Salah satu laporan mengatakan tentara membanjiri Masjidil Haram dengan air dan mengalirinya dengan listrik, menyetrum para militan. Laporan lainnya mengatakan para tentara menggunakan gas beracun. Pasukan Perancis dipanggil karena pasukan Arab Saudi tidak berdaya.

Tentara Perancis ini dikabarkan menjadi Muslim dahulu sebelum masuk Masjidil Haram. Langkah ini mereka lakukan lantaran Masjidil Haram hanya boleh dimasuki oleh umat Muslim. Allahu a~ez_rsquo~lam. (berbagai sumber)


Senin, Oktober 16, 2017

Sejarah Peradaban Islam Di Nusantara (indonesia)

Sejarah Peradaban Islam Di Nusantara (indonesia)

 SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

PENDAHULUAN
Peradaban islam ada sejak zaman Rasullah SAW. Sampai kepada abad ke 12 M. Telah berhasil  membangun beradaban-peradaban baru di dunia islam. Peradaban islam di masa lampau belumlah banyak mengarugi lautan, hal ini dikarenakan taraf kemampuan manusia pada saat itu belum mampu berpikir bagaimana membuat alat yang dapat dipakai mengarungi lautan. Namun setelah manusia mampu menciptakan alat untuk mengarung lautan peradaban manusia  pun berkembang  dan  semakin maju.        
Begitupula dengan peradaban yang ada di indonesia sejak lama sampai sekarang mengalami perubahan yang besar. Perubahan  manusia semakain maju dengan demikian terjadilah hubungan antar wilayah bahkan antar negara, merekapun mengadakan hubungan persahabatan dan kerja sama dan perdagangan untuk saling membantu  dalam berbagai keperluan hidup ini. Indonesia yang dikenal sebagai sebagai penghasil rempah-rempah dan bumi indonesia sangat subur sehinggga mengundang para pedagang  dari berbagai negara untuk datang ke indonesia melakukan kerjasama, dalam hal ini terjadilah proses penyebaran agama islam di indonesia.
Masuknya islam di indonesia dibah oleh para saudagar baik yang dari mekkah india maupun persia. Dengan demikian kehidupan indonesia atau agama islam yang ada di indonesia mempunyai kemiripan dengan agama islam yang ada di mekkah maupun india baik dari corak kebudayaan maupun mazhab yang berkembang di indonesia. Disamping itu bangsa indonesia juga dilatar belakangi oleh  politik dan ekonomi  sriwijaya  yang mengalami kemunduran. Dengan kemunduran sriwijaya dimanfaatkan pula oleh para pedagang  muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdagangannya.

PEMBAHASAN
A.    TEORI KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Ada tiga teori yang membicarakan tentang datangnya islam di indonesia. Ketiga teori ini memberikan jawaban atas permasalahan tentang masuknya Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan teori di atas disini akan dibahas secara sederhana sebagi berikut.
a.       Teori Gujarat
Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan teori yang mengatakan asal Negara yang membawa Agama Islam ke Nusantara adalah dari Gujarat. Adapun pelatak teori ini adalah Snouk Hurgronje lebih menitik beratkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan: pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa arab dalam penyebaran agama islam ke nusantara. Kedua, hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua  tentang Islam yang terdapat di sumatra memberikan gambaran hubungan antara sumatra dan Gujarat.
Sejalan dengan pendapat di atas ini, W.F. Stutterheim, mengatakan masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-13. Pendapatnya juga didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama dari kerajaan samudra, yakni Malik Al-Shaleh yang wafat pada 1297. Selanjutnya ditambahkan tentang asal Negara yang mempengaruhi masuknya Agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan Islam disebarkan melalui jalan dagang antar Indonesia-cambay (Gujarat) Timur Tenggah-Eropa.
Perkembangan perkampungan Arab mulai berkembang hal ini mempengaruhi pula perkembangan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdangangan di Asia Tenggara. Dari keteranga J.C. Van ini masuknya islam ke Nusantara tidak terjadi pada abad ke-13 melainkan telah terjadi pada abad ke-7. Sedangkan abad ke-13 merupakan saat perkembangan Islam.[1]
Peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan Internasional, terutama sejak 1294 sebagai penyebaran Islam, telah mendapat perhatian dari Schrieke dalam Indonesia Sosiological studies. Ia menjelaskan berdasarkan keterangan laporan Marco Polo, karena Marco Polo tidak berkunjung ke Gujarat. Tetapi mempertimbangkan hasil laporan sanudo. Selanjutnya Schrieke memberikan gambaran tentang saling ketergantungan antara malaka dengan cambay dan sebaliknya. Schrieke mengambarkan tentang peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan yang mempunyai kaitan yang erat antara Indonesia dan India.
b.      Teori Makkah
Dalam teori ini Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa Agama Islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai  tempat singgah semata, dan makkah sebagi pusat, atau Mesir sebagai pengambilan ajaran Islam. Ia menambahkan pengamatan pada masalah manzhab Syafi’i, sebagai mazhab yang istimewa di Makkah dan mempunyai pengaruh yang besar di Indonesia. Tetapi titik analsisnya pada permasalahan perdagangan yang dibaca adalah barang yang didagang  dan jalan perdagangannya. Sebaliknya penglihatan penelitian hamka lebih tajam sampai permasalahan mazhab yang menjadi bagian laporan kunjungan Ibnu Battutah ke Nusantara.
Guna dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pendapat waktu masuknya Islam di Nusantara pada abad ke-7, perlu penjelasan tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia  yang dimulai sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan tentang teori Gujarat mengharuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaan di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia daripada bangsa-bangsa lainnya.
Informasi sejarah menjelaskan bahwa bangsa Arab telah sampai ke Ceylon pada abad ke-2 SM. Memang tidak dijelaskan lebih lanjut tentang sampainya ke Indonesia. Tetapi bila kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind yang berarti India dan pulau-pulau yang sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia hanya penyebutnya sebagia pulau-pulau Cina atau Al-Hind.[2]
Bila memang telah ada antara hubungan bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, Maka bangsa Arab merupakan bangsa Asing yang pertama datang ke nusantara. Berdasarkan keterangan yang dikemukakan oleh D.H. Burger dan Prajudi Atmosudirdjo, bangsa dan Cina baru mengadakan hubungan dengan Indonesia pada abad ke-1 M. Sedangkan hubungan Arab dan Cina terjadi jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan kapal sahara jalan darat ini sering disebut sebagai jalan sutera, berlangsung sejak 500 SM.
Timbulnya perkampungan Arab baik dipantai barat Sumatra ataupun di Asia Tenggara dan kanton, di tunjang oleh kekuatan laut Arab. Fakta ini memberikan bukti telah terjadi hubungan Indonesia Arab jauh sebelum abad ke-13.[3] Apakah target pengaruh informasi yang bersifat Hindu sentris terhadap kalangan intelektual Indonesia yang berpendidikan belanda, menampakkan kecintaan terhadap sejarah pra-Islam Indonesia.
Masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi pada abad pertama hijriah atau abad ke-7 M. Pelaku bembawa Agama Islam adalah Saudagar Arab, diikuti oleh Persia dan Gujarat, mereka bukanlah anggota misi, meski pada hakekatnya setiap orang islam mempunyai kewjiban misi.

c.       Teori Persia
Fokus teori ini menjelaskan tentang masuknya Islam ke nusantara berbeda dengan teori gujarat dan teori makkah, sekalipun mempunyai persamaan tentang gujaratnya, serta mazhab Syafi’i-nya. Teori persia lebih menjelaskan tentang kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai kesamaan dengan persia. Dan adapun kesamaan tentang budaya kita dapat melihat antara lain.
1.      Peringatan hari muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya husain.
2.      Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh siti Jenar dengan ajaran sufi iran Al-Hallaj.
3.      Nisan pada makam malikus saleh dan makam malik ibrahim di gersik di pesan dari gujarat. Dalam hal ini teori persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori gujarat. Tetapi berbeda dengan pandangan G.E Morrison.
4.      Pengakuan umat islam di indonesia terhadap mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang paling utama.
Menjawab teori Persia diatas, K.H. saifuddin Zuhri sebagai salah seorang peserta seminar(1963), menyatakan sukar untuk mendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasan yang dikemukakan oleh K.H. Saifuddin Zuhri, bila kita berpedoman kepada masuknya Agama Islam ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang Politik, Ekonomi dan Kebudayaan berada di tangan Bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan Dunia Islam.
Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah, dan persia sebagai berikut:
Antara teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya Agama Islam ke Nusantara yang berasal Gujarat.  Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran Islam mempunyai kesamaan dengan ajaran Mistik India, sedangakan teori Persia memandang adanya kesamaan antara sufi di Indonesia dengan Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi’ah ke Indonesia.
Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan teori Makkah. Tetapi teori MAKKAH memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan laut antara Indonesia dengan timur Tenggah, sedangkan ajaran Islam di ambilnya dari Makkah atau Mesir.
Teori Gujarat tidak melihat adanya peran Arab dalam perdagangan, ataupun dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia. Teori ini lebih melihat peranan pedagang India yang beragama Islam daripada bangsa Arab yang membawa ajaran asli. Oleh karena itu, bertolak dari inskripsi tertua dan laporan perjalanan Marko Polo ditetapkan daerah Islam yang pertama di Nusantara adalah Samudra Pasai, dan waktunya pada abad ke- 13. Sebaliknya teori Mekkah, tidak dapat menerima pada abad ke -13 sebagai saat masuknya karena dianggap saat- saat perkembangan Islam di Nusantara, dan saat itulah berdiri kekuasaan Islam. Sedangkan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke- 7, 200 tahun sebelum dibangunnya candi Budha Borobudur dan 500 tahun sebelum berdirinya kerajaan Majapahit. Dasar penentuan waktunya bertolak dari berita Dinasti Tang.
Sekalipun teori Persia  juga membicarakan masalah pengaruh Mazhab Imam Syafi’i di Indonesia tetapi juga dijadikan sebagai argumen besarnya pengaruh India atas Indonesia. Pandangan teori Persia dalam melihat mazhab Syafi’i merupakan pengaruh mazhab Syafi’i yang berkembang kuat di Malabar. Dari Malabar inilah mazhab Syafi’i dibawa oleh pedagang India Islam ke Indonesia. Jadi teori Persia tidak melanjutkan hubungan mazhab Syafi’i Indonesia dengan pusatnya, yakni Mekkah dan Mesir.
Walaupun dalam ketiga teori ini tidak  terdapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam sebagai Agama yang berkembang di Nusantara melalui jalan damai dan Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.
B.     SEJARAH AWAL MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Mengenai perdagangan dan para pedagang dalam mengislamkan indonesia, dimana pengaruh dan penyebaran islam efektif sekali. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang begitu saja tertarik untuk mmemeluk agama islam sebelum mempelajari syariat agama secara terperinci.
Sejak awal abad masehi, sudah ada rute- rute pelayaran dan perjalanan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai wilayah di daratan Asia Tenggara. Di wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa konu merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian. Pedagang- pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke -7 M, ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M (abad 1 hijriah), ketika Islam pertama kali perkembang di timur tenggah. Hubungan perdagangan ini menjadi hubungan penyebaran Islam di Indonesia.
Sejak abad pertama nusantara yang menghasilkan komuditi penghasil rempah-rempah dan banyak disukai di eropa(romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang arab singgah dipantai barat sumatra dan selat malaka yang menghubungkan imperium timur. Pedagang Arab sudah menjadi pengatur jalur perdagangan barat-timur.
a.       Islam Masuk ke Indonesia
Paling tidak ada dua pendapat mengenai masuknya islam di indonesia. Pertama pendapat lama, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abat ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H.Krom dan Van Den Berg. Kemudian pendat pertama mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua pendapat baru yang menyatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 atau abad 1 hijriah pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainil Arifin Abbas, hamka, dll.
Menurut seminar masuknya Islam di Indonesia di medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M.
Seminar masuknya Islam di Indonesia tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut
1.      Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriah(abad ke-7) langsung dari Arab.
2.      Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra, dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka Raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3.      Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia aktif mengambil bagian.
4.      Mubaligh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.      Penyiaran Islam di Indonesia dilakukan denga cara damai.
6.      Kedatangan Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.[4]
Pendapat senada tentang masuknya Islam di Indonesia dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dalam the preaching Islam, ia mengatakat, “mungkin Agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad-abad pertama hijriah, lama sebelum kita memiliki catatan  ssejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa.
Menurut literatur kuno tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan arab Islam di pesisr pantai sumatra. Jadi hanya 9 tahun sejak rasulullah saw memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir pantai sumatra sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Akat tetapi, pada priode ini islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah yang sudah memeluk Islam, misalnya sebagian sumatra dan sebagian pantai utara jawa.
Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke 12 M. Menurut para sejarawan Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyrakat Indonesia.
Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Melalui Jalur Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdangan. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melalukan dakwah islam, sekaligus menjadi pedagang.
2.      Melalui jalur perkawinan
Dengan melalui jalur perkawinan, para menyebar Islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalaui jalur perkawianan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader Islam.
3.      Melaui jalur tasawuf
Para penyebar Islam juga terkenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf. Oleh karena itu, penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya, menggunakan Ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.
4.      Melalui jalur pendidikan
Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan seperti pesantren, surau, masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru Agama, Kyai dan Ulama.
5.      Melalui jalur kesenian
Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya.
6.      Melalui jalur politik
Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di indonesia. Demi kepentingan  politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan-kemenangan secara politik banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan Islam memeluk Islam.
C.     AGAMA DAN KEKUATAN POLITIK MASA KOLONIALISME
Sebelum Islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan Hindu dan Budha. Pada abad ke-7, Islam telah menyebar luas di Indonesia, karena peranan budha masih memegang peranan dikerajaan Sriwiajaya, terutama dalam Politik dan sosial budaya.[5]
Masuknya islam didaerah di Indonesia tidak bersamaan, disamping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya oarang-orang Islam ke daerah-daerah yang baru disinggahi sama sekali belum memperhatikan dampak-dampak politik, karena awalnya mereka datang hanya untuk pelayan dan perdagangan.[6] Pada abad ke-13, kerajaan memasuki masa kemunduran, dalam hal ini pedagang-pedagang muslim memanfaatkan politiknya dengan mendukung daerah-daerah yang muncul  dan menyatakan diri sebagai kerajaan Islam.
Islam sebagai Agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia dan sebagai kekuatan politik yang menguasai stuktur pemerintahan sebelum datangnya belanda dapat dilihat dari munculnya kkerajaan-kerajaan islam di nusantara ini, antara lain di sumatra, jawa, kalimatan dan sulawesi.


a.       Islam di Sumatra
Ada tiga kerajaan yang terkenal disumatra yang telah memosisikan Islam sebagai Agama dan sebagai kekuatan politik yang mewarnai corak budayanya, yaitu Perlak, Pasai, dan Aceh. Pada abad ke-8, sumatra terbagi dalam delapan kerajaan besar yang semuannya menyembah berhala, kecuali satu kerajaan yang berpegang pada Islam yaitu kerajaan perlak. Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan perlak pada dasarnya mengikuti sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu kepala pemerintahan dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wazir. Kerajaan samudra Pasai, kerajaan ini ditaklukkan oleh penjajah portigis krisdani dengan memperakarsi negara Islam bersatu, yaitu menyatukan tenaga politik Islam di dalam sebuah negara yang kuat dan berdaulat yang diberi nama Aceh besar.
b.      Islam di Jawa
penyebar Islam pertama di Jawa adalah para Wali Songo, meraka tidak hanya berkuasa dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang sosial dan politik. Dalam percaturan politik Islam mulai memosisikan diri ketika melemahnya kerajaan majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membagun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Di samping kekuatan politik Islam yang memberi konstribusi besar terhadap perkembangannya, Islam juga hidup dimasyarakat dapat memberi dorongan kepada penguasa non muslim untuk memelukknya. Dengan kata lain, para bupati telah menjadikan Agama Islam sebagai instrumen politik untuk memperkuat kedudukannya.
c.       Islam di Kalimatan, Maluku, dan Sulawesi
Pada awal abad ke 16, Islam masuk ke kalimantan selatan, yaitu di kerajaan daha yang beragama hindu. Berkat bantuan sultan demak raja daha dan rakyatnya masuk Islam sehingga berdirilah kerajaan Islam banjar, dengan raja pertamanya adalah pangeran samudera yang diberi gelar pangeran Suryanullah atau Suriansah, daerah-daerah sekitarnya mengakui kekuasaannya. Pada abad ke-10/11 di maluku sudah ramai oleh perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang dilakukan oleh pedagang Arab dan Persia.  Pada saat ini telah terhadi sentuhan pedagang Muslim dengan rakyat Maluku yang membentuk komunitas Islam.  Dengan besarnya gelombang perdagangan muslim atas ajakan datu maulana Husain, para raja di ternate menerima Islam sebagai Agama. Di Sulawesi, Raja Gowa-tallo memeluk Islam atas ajakan Datuk Rianang ai diberi gelar sultan Aluddin di talo raja l Malingkoan daeng nyonri kareng katangka pada tahun yag sama masuk Islam dengan gelar sultan Abdullah awal Islam.


DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiah ll,(Jakarata: PT Raja Grafindo
Persada, 2006).
Supriadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: CV Pustaka Setia).
Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009).
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar
Sejarah, Soaial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam,(Semrang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2009).


[1] Ahamad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pengerakan Islam Di Indonesia, (Penerbit Mizan Khazanah Ilmu-Ilmu Islam), hlm. 76.
[2] Ibid., hlm. 83.
[3] Ibid., hlm. 84.
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peredaban Islam,(Jakarta: AMZAH), hlm. 303.
[5] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia), hlm. 139
[6] Ibid., hlm. 309

Sabtu, Oktober 14, 2017

Manfaat Siwak Bagi Kesehatan Menurut Para Ulama Dahulu

Siwak atau miswak (Arab:سواك) adalah dahan atau akar dari pohon arak Salvadora persica yang digunakan untuk membersihkan gigi, gusi dan mulut.
Manfaat Siwak Bagi Kesehatan Menurut Para Ulama Dahulu

Pohon Arak (Salvadora persica)banyak tumbuh di kawasan Semenanjung Arab, juga daerah-daerah kering lainnya di Asia Barat dan Afrika. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, jika kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat.

Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti seledri dan rasanya agak sedikit pedas. Selain itu istilah Siwak juga dipakaikan untuk pembersih gigi yang berasal dari ranting pohon lainnya seperti Zaitun atau sejenis pohon sambur.

Mayoritas orang-orang di negara-negara muslim menggunakannya untuk menyikat gigi sehari-hari. Walaupun mungkin kedengarannya kuno dan saya yakin tidak semua orang muslim terutama kita muslim Indonesia mengetahui tentang siwak ini.Atau malah berfikir buat apa menggunakan kayu dari ranting pohon untuk membersihkan gigi sikat gigi masih banyak,namun studi yang dilakukan pada siwak atau miswak membuktikan sebaliknya.

Pasta gigi siwak atau miswak lebih baik digunakan untuk mencegah penyakit gusi.Selain itu bersiwak Juga merupakan Sunah Nabi SAW yang kita perlu melaksanakannya sebagai bukti kecintaan peneladanan kita pada ajaran beliau. Lalu bagaimana mengenai manfaat siwak dalam pandangan islam dan dalam kajian ilmu kesehatan.Ini dia penjelasanya.

Manfaat Siwak Menurut Pandangan Islam Para Ulama :

Nabi SAW mengatakan pemakaian siwak sebagai sunnah, atau tindakan yang dianjurkan. Sebuah hadis berbunyi : “Siwak membersihkan gigi, dan ini menyenangkan Allah. Setiap kali Jibril mengunjungiku, dia menyuruhku menggunakan siwak, hingga aku pun khawatir bahwa menggunakan siwak diwajibkan. Seandainya tidak khawatir akan membebani (merepotkan) umatku, aku akan mewajibkannya.” (HR: Bukhori dan Muslim, Irwaul Golil No 70).

Siwak juga memiliki beberapa faedah yang sangat besar, diantaranya yang paling besar adalah yang telah dianjurkan oleh hadits:

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ 
Siwak adalah pembersih bagi mulut; sesuatu yang membuat Allah ridho. (HR. Ahmad)

Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan 70 kali shalat dengan tidak memakai siwak. (HR. Ahmad)

Satu kali anda bertasbih kepada Allah dengan diawali siwak, maka dihitung 70X bertasbih. Shalat dengan diawali siwak, akan terhitung 70X shalat. Dua rakaat shalat tahajjud diawali dengan siwak, maka dihitung 140 rakaat tahajjud.

Siwak juga merupakan salah satu toleransi yang diberikan bagi kita yang berpuasa, untuk dapat memakainya di siang hari tanpa merusak ibadah puasa kita. Di dalam Shahih Bukhari dari sahabat Amir bin Rabiah Radliyallahu Anhu ia berkata, “Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membersihkan gigi beliau dengan siwak ketika beliau berpuasa, berulang kali, hingga saya tidak bisa menghitungnya.”

Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain :


  1. Membersihkan mulut,
  2. Membersihkan gusi,
  3. Mencegah pendarahan
  4. Menguatkan penglihatan
  5. Membersihkan atau menjernihkan otak;
  6. Mencegah gigi berlubang
  7. Menyehatkan pencernaan
  8. Menjernihkan suara
  9. Membantu pencernaan makanan
  10. Memperlancar saluran nafas (bicara)
  11. Menggiatkan bacaan
  12. Menahan tidur
  13. Mendatangkan ridho Allah Ta’ala
  14. Dikagumi malaikat


Manfaat Siwak dari Tinjauan Ilmu Kesehatan sebagai berikut :

Berbagai uji coba telah banyak dilakukan dalam upaya mengetahui
manfaat dari Salvadora Persica atau kayu siwak ini.
Sedangkan fakta ilmiah dari siwak antara lain :

Bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri,
menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :


  • Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi.


  • Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.



  • Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.



  • Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.



  • Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.



  • Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.


Sebuah penelitian terbaru tentang ‘Periodontal Treatment’

(Perawatan gigi secara periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University, Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap ‘Periodontal Treatment’.

Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai
bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi
tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil
terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan
butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu
menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa
makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi.

Sehingga banyak perusahaanperusahaan di dunia menyertakan bubuk
siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak
termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.

Sudah ada penelitian tentang siwak pada gigi. Mineral yang terdapat di dalam
siwak seperti Natrium Klorida, Kalium,
Sodium Bikarbonat dan Kalsium Oksida juga berfungsi
membersihkan gigi. Bau harum dan rasanya yang enak,
timbul dari minyak alamiah berjumlah 1% dari seluruh komposisi.




Jumat, Oktober 13, 2017

Sejarah Perang Qandhaq - (PERANG PARIT) Yang Mendunia

Sejarah perang Khandaq – Perang Parit yang merupakan bagian dari perang antara umat Muslim melawan Quraysh ini terjadi pada Maret hingga April di abat ke enam. Pertempuran Konfederasi ini merupakan sebuah gempuran dua minggu terhadap Yathrib yang sekarang menjadi Madinah oleh bangsa Arab dan Yahudi. Kekuatan pihak konfederasi sebagai pihak penyerang adalah 10.000 pasukan dengan 6.000 tentara berkuda dan beberapa pasukan unta, sementara tentara pertahanan yang ada di Madinah hanya berjumlah 3.000 orang. Pertempuran al-Ahzabini ini sendiri merupakan perang kecerdasan yang berhasil dimenangkan oleh kaum Muslim yang berhasil mengalahkan musuh mereka secara taktis dengan hanya mengalami sedikit korban. Perang ini tercatat dalam al-Qur’an, yaitu pada surat al-Ahzab (surat ke-33) ayat 9 hingga 27.

Sejarah Perang Qandhaq - (PERANG PARIT) Yang Mendunia


Sejarah Perang Khandaq – Perang Parit yang Mendunia

Alasan Sejarah Dibalik Terjadinya perang Khandaq
Sejarah perang Khandaq – Perang Parit – sudah menebar bibitnya ketika pengusiran umat Muslim dari Mekkah. Setelah pengusiran ini, beberapa kali umat Muslim maju ke dalam pertempuran melawan kaum Quraysh dari Mekkah seperti misalnya dalam perang Badar tahun 624 dan perang Uhud pada tahun 625. Meskipun dalam perang Uhud umat Muslim tidak menang ataupun kalah, kekuatan militer mereka mulai berkembang secara signifikan hingga pada bulan April tahun 626 nabi Muhammad SAW memajukan 300 pasukan dan 10 kuda untuk melawan 1.000 tentara Quraysh di Badar untuk kedua kalinya. Meskipun tidak ada perselisihan yang terjadi, suku pesisir Arab mulai merasa terpukau dengan kemampuan umat Muslim.

Awal mula terjadinya perang Khandaq yang mengambil namanya dari bahasa Persia kandak – berarti “hal yang telah digali” – ini adalah untuk menlindungi kota Madinah dari serangan. Serangan yang muncul melawan tentara Madinah ialah sebuah pasukan gabungan yang berisi Bani Nadir dan Bani Qaynuqa, dimana mereka berdua juga sudah membuat aliansi dengan Bani Quraysh sebagai balas dendam karena pengusiran kedua kaum tersebut yang terjadi ketika penyerangan Bani Qaynuqa dan Bani Nadir sebelumnya. Salah satu ilmuwan Islam yang bernama Ibnu Kathir menyatakan bahwa pihak konfederasi menyerang dikarenakan pemimpin kaum Yahudi yang merupakan anggota Bani Nadir datang ke Mekkah untuk bertemu pemimpin Bani Quraysh dan memaksanya untuk berperang melawan nabi Muhammad SAW.

Setelah Bani Nadir bersama Bani Qaynuqa bertemu dengan pimpinan Bani Quraysh, konfederasi ini mulai mengumpulkan pasukan. Yang pertama hanyalah kaum Quraysh pagan, dipimpin oleh Abu Sufyan yang berhasil mengumpulkan 4.000 tentara kaki, 300 pasukan kavaleri kuda, dan sekitar 1.000 hingga 1.500 kavaleri unta. Sementara itu, Bani Nadir mulai memihak kaum nomad dari Najd, dan mengajak Bani Ghatafan ke sisi mereka dengan membayar setengah dari total hasil pertanian mereka. Perkumpulan baru ini menyumbangkan 2.000 orang dan 300 kavaleri kuda yang dipimpin oleh Unaina bin Hasan Fazari. Selain itu, Bani Assad setuju untuk membantu dan dipimpin oleh Tuleha Asadi. Bani Nadir juga berhasil membujuk Bani Sulaym bergabung dan menyumbangkan 700 pasukan. Kaum lainnya yang tergabung adalah Bani Murra dengan 400 orang dibawah pimpinan Hars bin Auf Murri dan Bani Shuja dengan 700 pasukan yang dipimpin oleh Ibnu Abd Shams. Gabungan seluruh kaum-kaum ini menghasilkan jumlah besar, yaitu 10.000, dimana jumlah ini bisa bertambah besar kalau bukan karena beberapa pemimpin kaum tersebut merasa kasihan dengan Islam.

Keputusan Nabi Muhammad SAW yang Mempengaruhi Perang Khandaq :
Berita tentang penyerangan yang akan menuju kepada sejarah perang Khandaq – Perang Parit tiba di telinga nabi Muhammad SAW setelah empat hari, yaitu disampaikan oleh orang-orang dari Bani Khuza’a. Mendengar kabar tersebut, nabi Muhammad SAW mengumpulkan orang-orang Madiah untuk mendiskusikan strategi yang paling tepat untuk menghalau musuh-musuh ini. Taktik-taktik yang diajukan oleh masyarakat Madinah di antara lain adalah langsung menghalau musuh mereka (sebuah taktik yang berhasil memenangkan perang Badar), dan menunggu hingga musuh ada di dalam kota (pelajaran yang mereka ambil menyusul kekalahan perang Uhud) meski akhirnya kaum Muslim yang kalah jumlah memutuskan untuk melakukan pertempuran dengan taktik bertahan yaitu dengan menggali parit yang berguna sebagai penghalang jika musuh tiba.

Metode penggalian parit yang mereka pelajari ketika Salman yang berasal dari Persia memperkenalkannya ini membuat seluruh Muslim di Madinah termasuk nabi Muhammad SAW bekerja keras untuk menggali parit besar dalam waktu 6 hari. Parit ini hanya mereka gali di bagian utara, mengingat Madinah sendiri merupakan sebuah kota yang dikelilingi oleh pegunungan berbatu dan pohon, membuatnya tidak dapat ditembus oleh tentara dengan ukuran besar terutama kavaleri. Penggalian parit ini juga kebetulan bersamaan dengan masa paceklik di Madinah, sehingga wanita dan anak-anak dipindahkan ke bagian dalam kota.

Sejarah perang Khandaq – Perang Parit – dimulai pada 31 Maret 627, dimanapada saat itu metode penyerangan besar-besaran bukanlah hal biasa dalam dunia perang Arab. Karena hal itu juga, pasukan konfederasi sangat tidak siap ketika mereka dihadapi dengan parit yang digali oleh umat Muslim. Pihak konfederasi berusaha melewati parit dengan kuda, dan tetap gagal. Akhirnya, dua hingga tiga minggu hanya berbalas-balasan umpatan, disusul dengan pelepasan anak panah dari kejauhan. Meski begitu, hal ini tidak berlangsung lama karena pihak konfederasi mulai kehabisan makanan dan akal.

Sejarah perang Khandaq – Perang Parit berakhir dengan mundurnya pihak konfederasi. Kekalahan pihak penyerang ini kemudian disusul dengan penyerangan kepada Bani Qurayza sebagai bayaran akan pengkhianatan mereka karena sempat bergabung dengan pasukan konfederasi. Setelah 25 hari penyerangan, pasukan Bani Qurayza menyerah dan umat Muslim mengambil alih persediaan mereka. Sa’ad bin Mu’adh kemudian dipilih oleh nabi Muhammad SAW sebagai penengah dan pemutus hukuman yang akan diterima oleh Banu Qurayza.